Selasa, 04 Desember 2012

Apa itu (eco) tourism ?


Apa yang disebut dengan ekowisata atau sering juga ditulis atau disebut dengan ekoturisme, wisata ekologi, ecotoursism, eco tourism, eco-tour dsb?

Rumusan 'ecotourism' sebenarnya sudah ada sejak 1987 yang dikemukakan oleh Hector Ceballos-Lascurain yaitu sbb:

"Nature or ecotourism can be defined as tourism that consist in travelling to relatively undisturbed or uncontaminated natural areas with the specific objectives of studying, admiring, and enjoying the scenery and its wild plantas and animals, as well as any existing cultural manifestations (both past and present) found in the areas."

"Wisata alam atau pariwisata ekologis adalah perjalanan ketempat-tempat alami yang relatif masih belum terganggu atau terkontaminasi (tercemari) dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan, tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini."
Rumusan di atas hanyalah penggambaran tentan kegiatan wisata alam biasa.

Rumusan ini kemudian disempurnakan oleh The International Ecotourism Society (TIES) pada awal tahun 1990 yaitu sebagai berikut:
"Ecotourism is responsible travel to natural areas which conserved the environment and improves the welfare of local people."

"Ekowisata adalah perjalanan yang bertanggung jawab ketempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahtraan penduduk setempat”.


Definisi ini sebenarnya hampir sama dengan yang diberikan oleh Hector Ceballos-Lascurain yaitu sama-sama menggambarkan kegiatan wisata di alam terbuka, hanya saja menurut TIES dalam kegiatan ekowisata terkandung unsur-unsur kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahtraan penduduk setempat. Ekowisata merupakan upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan pontensi sumber-sumber alam dan budaya untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan. Dengan kata lain ekowisata adalah kegiatan wisata alam plus plus. 
Definisi di atas telah telah diterima luas oleh para pelaku ekowisata.

Adanya unsur plus plus di atas yaitu kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahtraan masyarakat setempat ditimbulkan oleh:
  1. Kekuatiran akan makin rusaknya lingkungan oleh pembangunan yang bersifat eksploatatif terhadap sumber daya alam.
  2. Asumsi bahwa pariwisata membutuhkan lingkungan yang baik dan sehat.
  3. Kelestarian lingkungan tidak mungkin dijaga tanpa partisipasi aktif masyarakat setempat.
  4. Partisipasi masyarakat lokal akan timbul jika mereka dapat memperoleh manfaat ekonomi ('economical benefit') dari lingkungan yang lestari.
  5. Kehadiran wisatawan (khususnya ekowisatawan) ke tempat-tempat yang masih alami itu memberikan peluas bagi penduduk setempat untuk mendapatkan penghasilan alternatif dengan menjadi pemandu wisata, porter, membuka homestay, pondok ekowisata (ecolodge), warung dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan ekowisata, sehingga dapat meningkatkan kesejahtraan mereka atau meningkatkan kualitas hidpu penduduk lokal, baik secara materiil, spirituil, kulturil maupun intelektual.
Sedangkan pengertian Ekowisata Berbasis Komunitas (community-based ecotourism) merupakan usaha ekowisata yang dimiliki, dikelola dan diawasi oleh masyarakat setempat. Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan pengembangan ekowisata dari mulai perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Hasil kegiatan ekowisata sebanyak mungkin dinikmati oleh masyarakat setempat. Jadi dalam hal ini masyarakat memiliki wewenang yang memadai untuk mengendalikan kegiatan ekowisata.
Indonesia memiliki potensi sumber daya alam dan peninggalan sejarah, seni dan budaya yang sangat besar sebagai daya tarik pariwisata dunia. Ahli biokonservasi memprediksi bahwa Indonesia yang tergolong negara Megadiversity dalam hal keaneka ragaman hayati akan mampu menggeser Brasil sebagai negara tertinggi akan keaneka jenis, jika para ahli biokonservasi terus giat melakukan pengkajian ilmiah terhadap kawasan yang belum tersentuh.

Bayangkan saja bahwa Indonesia memiliki 10% jenis tumbuhan berbunga yang ada di dunia, 12% binatang menyusui, 16% reptilia and amfibia, 17% burung, 25% ikan, dan 15% serangga, walaupun luas daratan Indonesia hanya 1,32% seluruh luas daratan yang ada di dunia (BAPPENAS, 1993).
Di dunia hewan, Indonesia juga memiliki kedudukan yang istimewa di dunia. Dari 500-600 jenis mamalia besar (36% endemik), 35 jenis primata (25% endemik), 78 jenis paruh bengkok (40% endemik) dan 121 jenis kupu-kupu (44% endemik) (McNeely et.al. 1990, Supriatna 1996). Sekitar 59% dari luas daratan Indonesia merupakan hutan hujan tropis atau sekitar 10% dari luas hutan yang ada di dunia (Stone, 1994). Sekitar 100 juta hektar diantaranya diklasifikasikan sebagai hutan lindung, yang 18,7 juta hektarnya telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi.

Namun demikian sampai saat ini kita harus menanggung beban berat sebagai negara terkaya keaneka ragaman hayati di kawasan yang sangat sensitif, karena biota Indonesia tersebar di lebih dari 17,000 pulau. Oleh karena itu bukan saja jumlah populasi setiap individu tidak besar tetapi juga distribusinya sangat terbatas. Ini harus disadari oleh pemerintah, sehingga Indonesia harus merumuskan suatu kebijakan dan membuat pendekatan yang berbeda di dalam pengembangan sistem pemanfaatan keaneka ragaman hayatinya, terutama kebijakan dalam pengembangan pariwisata yang secara langsung memanfaatkan sumber daya alam sebagai aset. 
Pengembangan sumber daya alam yang non-ekstraktif, non-konsumtif dan berkelanjutan perlu diprioritaskan dan dalam bidang Pariwisata pengembangan seperti ekowisata harus menjadi pilihan utama.

VISI EKOWISATA INDONESIA
 
Melihat potensi yang dimiliki Indonesia, maka Visi Ekowisata Indonesia adalah untuk menciptakan pengembangan pariwisata melalui penyelenggaraan yang mendukung upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya), melibatkan dan menguntungkan masyarakat setempat, serta menguntungkan secara komersial. 
Dengan visi ini Ekowisata memberikan peluang yang sangat besar, untuk mempromosikan pelestarian keaneka-ragaman hayati Indonesia di tingkat internasional, nasional, regional maupun lokal.

Penetapan Visi Ekowisata di atas di dasarkan pada beberapa unsur utama:
  1. Ekowisata sangat tergantung pada kualitas sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya.
    Kekayaan keaneka-ragaman hayati merupakan daya tarik utama bagi pangsa pasar ekowisata, sehingga kualitas, keberlanjutan dan pelestarian sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya menjadi sangat penting untuk ekowisata. Pengembangan ekowisata juga memberikan peluang yang sangat besar, untuk mempromosikan pelestarian keaneka-ragaman hayati Indonesia di tingkat internasional, nasional, regional dan lokal.
  2. Pelibatan Masyarakat.
    Pada dasarnya pengetahuan tentang alam dan budaya serta kawasan daya tarik wisata, dimiliki oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu pelibatan masyarakat menjadi mutlak, mulai dari tingkat perencanaan hingga pada tingkat pengelolaan.
  3. Ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya.
    Ekowisata memberikan nilai tambah kepada pengunjung dan masyarakat setempat dalam bentuk pengetahuan dan pengalaman. Nilai tambah ini mempengaruhi perubahan perilaku dari pengunjung, masyarakat dan pengembang pariwisata agar sadar dan lebih menghargai alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya.
  4. Pertumbuhan pasar ekowisata di tingkat internasional dan nasional.
    Kenyataan memperlihatkan kecendrungan meningkatnya permintaan terhadap produk ekowisata baik ditingkat internasional maupun nasional. Hal ini disebabkan meningkatnya promosi yang mendorong orang untuk berprilaku positif terhadap alam dan berkeinginan untuk mengunjungi kawasan-kawasan yang masih alami agar dapat meningkatkan kesadaran, penghargaan dan kepeduliannya terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya setempat.
  5. Ekowisata sebagai sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan.
    Ekowisata memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan bagi penyelenggara, pemerintah dan masyarakat setempat, melalui kegiatan-kegiatan yang non-ekstraktif dan non-konsumtif sehingga meningkatkan perekonomian daerah setempat. Penyelenggaraan yang memperhatikan kaidah-kaidah ekowisata, mewujudkan ekonomi berkelanjutan.
TUJUAN EKOWISATA INDONESIA
 
Tujuan Ekowisata Indonesia adalah untuk (1) Mewujudkan penyelenggaraan wisata yang bertanggung jawab, yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan alam, peninggalan sejarah dan budaya; (2) Meningkatkan partisipasi masyararakat dan memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat; (3) Menjadi model bagi pengembangan pariwisata lainnya, melalui penerapan kaidah-kaidah ekowisata.

KARAKTERISTIK EKOWISATA
 
Pengertian/Definisi Ekowisata
Secara konseptul ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat. Sementara ditinjau dari segi pengelolaanya, ekowisata dapat didifinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam dan secara ekonomi berkelanjutan yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatnkan kesejahtraan masyarakat setempat.

Prinsip dan Kriteria Ekowisata
PRINSIP EKOWISATA
KRITERIA EKOWISATA
1. Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan alam dan budaya, melaksanakan kaidah-kaidah usaha yang bertanggung jawab dan ekonomi berkelanjutan.
  • Memperhatikan kualitas daya dukung lingkungan kawasan tujuan, melalui pelaksanaan sistem pemintakatan (zonasi).
  • Mengelola jumlah pengunjung, sarana dan fasilitas sesuai dengan daya dukung lingkungan daerah tujuan.
  • Meningkatkan kesadaran dan apresiasi para pelaku terhadap lingkungan alam dan budaya.
  • Memanfaatkan sumber daya lokal secara lestari dalam penyelenggaraan kegiatan ekowisata.
  • Meminimumkan dampak negatif yang ditimbulkan, dan bersifat ramah lingkungan.
  • Mengelola usaha secara sehat.
  • Menekan tingkat kebocoran pendapatan (leakage) serendah-rendahnya.
  • Meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
2. Pengembangan harus mengikuti kaidah-kaidah ekologis dan atas dasar musyawarah dan pemufakatan masyarakat setempat.
  • Melakukan penelitian dan perencanaan terpadu dalam pengembangan ekowisata.
  • Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata.
  • Menggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat untuk pengembangan ekowisata.
  • Memberi kebebasan kepada masyarakat untuk bisa menerima atau menolak pengembangan ekowisata.
  • Menginformasikan secara jelas dan benar konsep dan tujuan pengembangan kawasan tersebut kepada masyarakat setempat.
  • Membuka kesempatan untuk melakukan dialog dengan seluruh pihak yang terlibat (multi-stakeholders) dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata.
3. Memberikan manfaat kepada masyarakat setempat.
  • Membuka kesempatan keapda masyarakat setempat untuk membuka usaha ekowisata dan menjadi pelaku-pelaku ekonomi kegiatan ekowisata baik secara aktif maupun pasif.
  • Memberdayakan masyarakat dalam upaya peningkatan usaha ekowisata untuk meningkatkan kesejahtraan penduduk setempat.
  • Meningkatkan ketrampilan masyarakat setempat dalam bidang-bidang yang berkaitan dan menunjang pengembangan ekowisata.
  • Menekan tingkat kebocoran pendapatan (leakage) serendah-rendahnya.
4. Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat.
  • Menetapkan kode etik ekowisata bagi wisatawan, pengelola dan pelaku usaha ekowisata.
  • Melibatkan masyarakat setempat dan pihak-pihak lainya (multi-stakeholders) dalam penyusunan kode etik wisatawan, pengelola dan pelaku usaha ekowisata.
  • Melakukan pendekatan, meminta saran-saran dan mencari masukan dari tokoh/pemuka masyarakat setempat pada tingkat paling awal sebelum memulai langkah-langkah dalam proses pengembangan ekowisata.
  • Melakukan penelitian dan pengenalan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempat sebagai bagian terpadu dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata.
5. Memperhatikan perjanjian, peraturan, perundang-undangan baik ditingkat nasional maupun internasional.
  • Memperhatikan dan melaksanakan secara konsisten: Dokumen-dokumen Internasional yang mengikat (Agenda 21, Habitat Agenda, Sustainable Tourism, Bali Declaration dsb.). GBHN Pariwisata Berkelanjutan, Undang-undang dan peraturan-peraturan yang berlaku.
  • Menyusun peraturan-peraturan baru yang diperlukan dan memperbaiki dan menyempurnakan peraturan-peraturan lainnya yang telah ada sehingga secara keseluruhan membentuk sistem per-UU-an dan sistem hukum yang konsisten.
  • Memberlakukan peraturan yang berlaku dan memberikan sangsi atas pelanggarannya secara konsekuen sesuai dengan ketentuan yang berlaku (law enforcement).
  • Membentuk kerja sama dengan masyarakat setempat untuk melakukan pengawasan dan pencegahan terhadap dilanggarnya peraturan yang berlaku.


Sumber : 

Dari segala sumber

Minggu, 11 November 2012

Selamatkan Maskot Jakarta



 Posted : Majalah Liburan, 2011
Selamatkan Maskot Jakarta!


Elang Bondol, Elang Laut, Biawak, Nudibranch, Penyu Sisik, Coral, Konservasi, Pasir Putih, Resort. Semua itu bisa didapatkan di Pulau ini, tidak jauh dari Jakarta hanya membutuhkan waktu 2 jam menuju ke sana. Tak hanya menikmati pemandangan laut, membantu pelestarian keberadaan satwa-satwa tadi. 


Setelah satu jam menunggu, akhirnya kapal laut yang sesak ini jalan juga. Tak sabar rasanya kami pagi ini ingin segera melihat tempat persembunyian sang Elang Bondol, simbol dari ibukota Jakarta yang berada di Pulau Kotok Besar yang berada di Kepulauan Seribu, Jakarta. Niat kami ke sana semata karena kami pernah membaca di Internet mengenai keberadaan Elang Bondol yang hampir punah, padahal tempat konservasinya sendiri masih berada di Jakarta. Beruntung kali ini kami bisa berangkat ke sana, selain cuaca yang cerah, dan menurut penuturan guide kami , setiap bulan Maret merupakan musim breeding Elang Bondol jantan, berarti ada Elang Bondol yang siap dilepas nantinya.
Jam berlalu, akhirnya kami sampai di Pulau Kelapa, tempat berlabuh kapal kami. Dijemput oleh guide kami yang bernama Brim, kami menuju penginapan di Pulau Harapan. Jarak antara Pulau Kelapa dan Pulau Harapan tidak terlalu jauh, hanya dipisahkan oleh selat yang telah dibangun jembatan diatasnya. Setelah beristirahat sebentar di penginapan, kami menuju dermaga Pulau Harapan untuk bersiap menuju Pulau Kotok Besar.
Hanya membutuhkan sekitar 20 menit, akhirnya sampai di Pulau yang kami tuju. Pulau ini  terlihat seperti hutan,penuh dengan pepohonan yang dibiarkan tumbuh liar, di antaranya ada pohon kedu, dan beberapa pohon kelapa. Voilaaa, itu dia si maskot Jakarta. Mereka bertengger di atas dahan pohon, dan berada di dalam sebuah sangkar besar yang terbuat dari net. Miris melihat keadaan mereka, menurut penuturan Fauzi si penjaga Pulau Kotok Besar sekaligus yang merawat mereka, elang elang ini adalah hasil penyitaan oleh negara dan JAAN (Jakarta Animal Aid Network), yang akhirnya dialihkan perawatannya ke Pulau ini.
Keadaan elang elang di sini sungguh menyedihkan, ada yang sayap nya patah, bulu sayapnya ada yang sudah rontok bahkan ada juga yang jari kakinya putus. Semua ini disebabkan oleh para pemeliharanya terdahulu, yang menginginkan mereka untuk tidak lagi dapat terbang, dan dapat dipelihara di halaman rumah mereka. Padahal, jika mereka yang ingin memelihara satwa tadi dapat berpikir lebih jernih dan lebih pintar,  elang-elang tersebut tak akan sampai terluka. Mereka seharusnya sadar bahwa satwa yang ada di alam Indonesia ada kekayaan alam yang tak akan pernah dapat kita ciptakan sendiri. 
Setelah puas bertanya mengenai elang elang tersebut, kami juga menyempatkan diri untuk diving di sekitar Pulau Kotok Besar ini. Salah satu kelebihan dari pulau Kotok Besar ini selain Konservasi Elang Bondol dan Elang Laut, adalah keindahan bawah lautnya dan sering sekali dijadikan spot diving.   
Hasilnya, menakjubkan. Keadaan bawah lautnya sungguh indah, banyak terdapat fire coral, dan table coral. Belum lagi, ikan hias indah berwarna warni, serta nudibranch beraneka bentuk dan warna, dan bila Anda beruntung seperti saya, Anda akan bertemu dengan penyu besar, yang juga merupakan salah satu hewan yang turut dilestarikan di pulau ini.  Berjalan masuk ke dalam Pulau ini, Anda akan melihat deretan pohon Pandan Laut, yang menjulang tinggi, dan sedikit mengeluarkan wewangian seperti layaknya daun pandan.
Jangan pula Anda terkejut, kalau tiba tiba anda bertemu dengan biawak berukuran besar melintasi di dekat Anda. Ya, mereka memang dibiarkan hidup liar di sini.  Pasir putihnya pun, memiliki daya tarik tersendiri bagi mereka yang ingin ber-Island Hopping. Beberapa kapal nelayan tua pun sengaja dibiarkan teronggok, untuk dijadikan view bagi mereka yang ingin melakukan sesi pre wedding. Ternyata tidak jauh dari Ibukota kita bisa menikmati semua, dan ikut melestarikan hewan yang selama ini menjadi simbol kebanggaan Kota Jakarta.

 How to Get There
Ada beberapa alternatif menuju ke sana, antara lain :
  • Dari Pelabuhan Marina sekitar 1 jam menuju ke Pulau Kotok Besar menggunakan speed boat, biaya berkisar antara Rp.100.000 – 150.000 / orang sekali jalan.
  • Dari Pelabuhan Muara Angke. Anda bisa turun di Dermaga Pulau Pramuka langsung menuju Pulau Kotok atau dari Dermaga Pulau Harapan atau Kelapa, bisa menuju ke Pulau tersebut menggunakan Kapal Ojek, harga per kapal Rp.400.000, saran saya kalau ingin menuju pulau ini dan menggunakan kapal ojek, pergilah beramai ramai supaya sharing costnya lebih murah

Tempat Menginap
  • Di pulau Kotok Besar sendiri, terdapat resort besar yang terletak di sisi Barat pulau ini. Kisaran harga antara Rp. 1.500.000 – Rp.3.500.000 / room . Di sini juga menyediakan paket diving dengan harga yang bervariasi.
  • Bagi yang ber-budget backpacker, Anda bisa menginap di pulau terdekat dari Pulau Kotok Besar antara lain Pulau Pramuka (homestay sekitar Rp.300.000 – Rp. 700.000).  Pulau Harapan ( Rp.350.000 – Rp. 900.000/ homestay  ) .
  • Info lebih lanjut, Anda bisa menghubungi guide kami selama di sana, Brim : 0813 8747 0511.

Tips selama di Pulau Kotok Besar :
  1. Jangan lupa membawa peralatan snorkling sendiri, dan bila ingin diving bisa konfirmasi terlebih dahulu dengan guide Anda, apakah arusnya cukup bagus atau tidak. Karena untuk diving di sini, kalau arus nya sedang bagus kita akan mendapatkan hasil foto underwater yang jernih, dan visibility yang cukup baik juga.
  2. Dikarenakan ini adalah pulau konservasi , maka pengunjung yang datang diharapkan nantinya bisa memberikan sumabangan bagi pelestarian Elang Bondol dan Elang Laut di sini.
  3. Diharapkan pengunjung yang datang ke sini, tidak terlalu banyak jumlahnya, karena takut mengganggu proses recovery elang elang tersebut. Sampai dengan 10 orang, masih diperbolehkan.
  4. Bawa lotion anti nyamuk karena nyamuk di sini besar besar.Air putih sebanyaknya untuk persediaan minum.